Selasa, 30 Juni 2009

laporan kimia

2 dan 3
Asam Fenoftalein Metil Merah
Asam klorida (HCl) Tidak berwarna tetap Agak berwarna merah
Asam sulfat (H2SO4) Tidak berwarna tetap Agak berwarna merah
Asan cuka (CH3COOH) Tidak berwarna tetap Agak berwarna merah
Natrium hidroksida (NaOH) Merah muda pekat Tidak berwarna (tetap)
Kalium hidroksida (KOH) Merah muda pias Tidak berwarna (tetap)
Amonium hidroksida (NH4OH) Merah pudar Tidak berwarna (tetap)

Pembahasan
Dari hasil penelitian yang di dapat disimpulkan bahwa suatu senyawa yang mengandung asam kuat kita diuji keasamannya dengan menggunakank kertas lakmus merah atau lakmus biru maka warnanya akan menjadi merah dan sebaliknya jika senyawa tersebut mengandung basa maka warnanya akan menjadi biru.
Larutan HCl ketika diuji menggunakan ketrtas lakmus ternyata HCl merupakan larutan asam kuat. Berdasarkan jumlah ion H+ yang dilepaskan asam HCl termasuk ke dalam air. Sedangkan berdasarkan rumus kimianya satu ion H+ dalam pelarut air. Sedangkan berdasarkan ruumus kimianya HCl ini termasuk ke dalam asam non oksi yaitu asam yang tidak mengandung oksigen. Asam ketika diuji dengan fenolftalin maka warna larutan tersebut tidak berubah tetapi kektika diuji dengan metil merah, larutan tersebut akan berwarna merah.
Begitupun dengan H2SO4 dengan CH3COOH kedua larutan tersebut merupakan asam kuat (H2SO4) dan asam lemah (CH3COOH). Namun H2SO4 termasuk ke dalam asam diprotik yaitu asam yang melepaskan dua ion H+ ke dalam pelarut air dan berdasarkan rumus kimianya H2SO4 termasuk ke daalam sam oksi yaitu asam yang mengandung oksigen. Sedangkan C3COOH4 termasuk ke dalam asam triprotik yaitu sama yang melepaskan tiga ion H+ ke dalam pelarut air dan berdasarkan rumus kimianya C3COOH termasuk asam organik yaitu asam yang umumnya terdapat pada senyawa organik.
Sedangkan pada basa jika diuji dengan kertas lakmus maka akan berwarna biru. Dan ketika diuji dengan menggunakan fenolftalin warna larutan menjadi merah dan ketika diuji dengan metil merah larutan tersebut tidak berubah wafrna. Larutan NaOH, KOH dan NH4¬OH ini termasuk ke dalam basa. Berdasarkan ion OH- yang dilepaskan ketiga larutan tersebut termasuk ke dalam basa monohidroksi yaitu basa yang melepaskan satu ion OH-.

Kesimpulan
Asam merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion [H+]. Berdasarkan jumlah ion H+ yang dilepaskan, asam dikelompokkan menjadi :
1. Asam monoprotik
2. Asam diprotik
3. Asam triprotik
Berdasarkan rumus kimianya asam dibedakan menjadi :
1. Asam non oksi
2. Asam oksi
3. Asam organik
Berdasarkan kekuatannya asam dibedakan menjadi :
1. Asam kuat
2. Asam lemah
Suatu senyawa atau larutan jika diuji dengan kertas lakmus dan berwarna merah maka larutan termasuk asam. Dan jika diuji dengan fenolftalin maka larutan tersebut tidak berubah warna dan jika diuji dengan mektil merah, maka larutan tersebut berwarna merah.
Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion [OH-]. Berdasarkan kekuatannya basa dibedakan menjadi :
1. Basa kuat
2. Basa lemah
Berdasarkan jumlah ion OH-, basa dibedakan menjadi :
1. Basa Monohidroksi yaitu basa yang melepaskan satu ion OH-
2. Basa Polidroksi yaitu yang melepaskan lebih dari sajtu ion OH-
Cirebon, 06 Mei 2009
Ass. Praktikum


(Neneng) Praktikum


(Entik Suticha)
Mengetahui,
Dosen Pengampu


(Kartimi, M.Pd)


Daftar Pustaka
Kartimi, M.Pd. 2009. Panduan Praktikum Kimia Dasar 2. Cirebon: PUSLAB STAIN CIREBON
Jasjfi, E. 1996. Kimia Dasar Keenam. Jakarta: Erlangga




Pembahasan
Untuk menyatakan derajat keasaman atau pH suatu larutan dapat ditentukan oleh besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan tersebut. Pada kali ini untuk menentukan derajat keasaman kita menggunakan indikator universal kemudian kita menghitungnya dengan rumus.
Hubungan pH dengan konsentrasi asam terlihat bahwa dari percobaan yang pertama bahwa larutan HCl dengan konsentrasi 0,1 M pHnya lebih kecil dibandingkan dengan HCl 0,001 M, hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu asam maka semakin kecil pHnya, menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi ion CH+J-nya. Larutan dengan komposisi tersebut tergolong larutan asam kuat, sedangkan pada basa semakin besar nilai pH maka semakin kuat sifat basa tersebut.
Untuk menentukan pH larutan asam lemah atau basa lemah tidak dapat ditentukan langsung adari konsentrasi asam atau basanya, karena asam lemah dan basa lemah tidak teriniosasi sempurna sehingga harus dihitung dari harga ka atau kb dengan rumus berikut :
• Untuk asam lemah : pH = - log
• Untuk asam kuat : pOH = - log
pH = 14 – pOH

Kekuatan asam lemah jika makin besar ka suatu asam, maka sifat asam makin kuat. Dan jika semakin besar kb suatu asam, maka sifat basa semakin kuat.

Kesimpulan
Untuk menentukan derajat keasaman atau pH suatu senyawa dapat ditentukan dengan menggunakan indikator univerrsal atau dengan menggunakan rumus.
Untuk menentukan derajat keasaman dari asam atau basa lemah tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi sempurna ka atau kb dengan menggunakan rumus.
Semakin besar ka suatu asam maka sifat keasamannya semakin kuat, begitupun dengan basa semakin besar nilai kb suatu basa maka semakin kuat sifat bas tersebut.
Cirebon, 06 Mei 2009
Ass. Praktikum


(Neneng) Praktikum


(Entik Suticha)
Mengetahui,
Dosen Pengampu


(Kartimi, M.Pd)


Daftar Pustaka
Kartimi, M.Pd. 2009. Panduan Praktikum Kimia Dasar 2. Cirebon: PUSLAB STAIN CIREBON
Jasjfi, E. 1996. Kimia Dasar Keenam. Jakarta: Erlangga


Analisis Data
Untuk menentukan konsentrasi asam gunakan rumus:
V1N1 = V2N2
V1 = Volum larutan asam
V2 = Volum larutan basa
N1 = Normalitas larutan asam
N2 = Normalitas larutan basa

Hasil Pengamatan
Percobaan I
Volume NaOH (V1) = 2,5 ml
Volume HCl (V2) = 10 ml
Warna = Pink

Percobaan 2
Volume NaOH (V1) = 5,5 ml
Volume HCl (V2) = 10 ml
Warna = Lebih pink (pekat)

Perhitungan
Percobaan 1
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Dik: Volume NaOH (V1) = 2,5 ml
Volume HCl (V2) = 10 ml
M1 (NaOH) = 0,05 M
Dit: M2 (HCl) = …..?
Jawab: V1 M1 = V2 M2
0,05 . 2,5 = 10M2
0,125 = 10 M2
M2 =
M2 = 0,0125 M
[ H+ ] = x . 0,05
= 1.0,05 = 0,05 M
pH = - log [ H+]
= - log [ 5 x 10-2]
= 2 – log 5
= 2 0,6 = 1,4 (asam)

Percobaan 2:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Dik: Volume NaOH (V1) = 5,5 ml
Volume HCl (V2) = 10 ml
M1 (NaOH) = 0,05 M
Dit: M2 (HCl) = …..?
Jawab: V1 M1 = V2 M2
0,05 . 5,5 = 10M2
0,275 = 10 M2
M2 =
M2 = 0,0275 M
• N1 V1 = N2 V2
(1 . 0,05) . 2,5 = (1 . 0,0125) . 10
0,125 = 0,125
pH HCl → [ H+ ] = n . Ca
= 1 . 0,0125
= 1 . 1,25 x 10-2
pH = 2 – log 1,25
pH NaOH→ [ OH- ] = n . Cb
= 1 . 0,005
= 5 x 10-2
pOH = 2 – log 5
pH = 12 – log 5

• N1 V1 = N2 V2
(1 . 0,05) . 5,5 = (1 . 0,0275) . 10
0,275 = 0,275
pH HCl → [ H+ ] = n . Ca
= 1 . 0,0275
= 1 . 2,75 x 10-2
pH = 2 – log 2,755
pH NaOH→ [ OH- ] = n . Cb
= 1 . 0,05
= 5 x 10-2
pOH = 2 – log 5
pH = 12 – log 5

Pembahasan:
Bila larutan asam bereaksi dengan larutan basa akan terjadi reaksi antara ion hydrogen dari basa membentuk molekul air. Jika jumlah mol ion H+ dari asam sama dengan jumlah mol ion OH- dari basa maka bersifat netral. Tetapi reaksi antara asam dan basa yang jumlah molnya sama tidak selamanya menghasilkan larutan netral, karena bergantung pada kekuatan asam dn basa tersebut.
Cara menetralkan asam dengan basa atau sebaliknya yaitu dengan melakukan titrasi, titrasi adalah penambahan larutan baku atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan bantuan indicator. Indicator yang digunakan adalah indicator yang berubah warna pada PH netral.
Pada percobaan ini indicator yang digunakan adalah fenoftalin. Ketika asam (HCl) direaksikan dengan basa (NaOH). HCl yang akan diukur konsentrasinya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambah 3 tetes indicator. Asam yang sudah diketahui konsentrasinya atau larutan standar ditambahkan dangan NaOH. Yang telah ditentukan konsentrasinya tetes demi tetes hingga indicator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai. Pada saat ini dicapai titik ekivalen yaitu jumlah mol H+ sama dengan mol OH- atau keadaan netral dan larutan tersebut menjadi berwarna pink.
Salah satu larutan merupakan larutan standar, jadi sudah diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui konsentrasi larutan lainnya dilakukan dengan perhitungan setelah data beberapa hasil titrasi diperoleh cara perhitungan yang digunakan adalah pada saat titik akhir titrasi, dicapai titik ekivalen yaitu:



Molaritas = mol zat per volum larutan atau
Mol zat = Volum larutan x molaritas, maka



Kesimpulan
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan asam dan basa. Bila laruta asam bereaksi dengan basa akan terjadi reaksi hydrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa membentuk molekul air. Suatu reaksi dikatakan netral apabila jumlah mol ion H+ dari asam sama dengan jumlah mol ion OH- dari basa.
Indicator yang digunakan untuk titrasi adalah indicator yang berubah warna pada pH netral atau mendekati netral.
Pada titrasi asam basa, ketika salah satu larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan dengan beberapa tetes fenoftalin (salah satu indicator yang dapat berubah warna) dan ditambah tete demi tetes larutan yang sudah diketahui konsentrasinya maka larutan campuran tersebut akan berubah warna.

hasil Kali Kelarutan Kalsium Hidroksida

Hasil Kali Kelarutan Kalsium Hidroksida
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana pengaruh NaOH terhadap kelarutan?
Jawab :
NaOH sangat berpengaruh terhadap kelarutan, karena NaOH merupakan larutan yang digunakan untuk melarutkan suatu larutan jenuh yaitu hidroksida Ca(OH)2 dan yang nantinya akan menghasilkan suatu kelarutan.
2. Berapakah kelarutan NaOH dalam air?
Jawab :
Kelarutan NaOH dalam air yaitiu sebesar 0,025
3. Berapakah kelarutan Ca(OH)2 dalam 3 macam NaOH yang konsetrasinya berbeda-beda? Coba hitung!
Jawab :
1. Percobaan 1
25 tetes Ca (OH)2 + aquades
25 tetes Ca(OH)2 dianggap 1 ml dan 10 ml aquades
Diket : V1 = 11 mL
V2 = 15 mL
M2 = 0,1 M (HCl)
Ditanya : M2 (larutan jenuh)?
Jawab : V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 15 . 0,1
11 . M1 = 1,5
M1 = = 0,13 M
V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 21,4 . 0,1
11 . M1 = 2,14
M1 = = 0,19 M

V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 13,5 . 0,1
11 . M1 = 13,5
M1 = = 0,12 M

2. Percobaan 2
25 tetes Ca(OH)2 + NaOH 0,025 M
Diket :
V1 = 11 mLz (25 tetes Ca(OH)2 = 1 mL + 10 mL . NaOH 0,025 M)
V2 = 26 mL, 17,8 mL dan 8,8 mL
M2 = 0,1 M (HCl)
Ditanya : M2 (larutan jenuh)?
Jawab :
V1 . M2 = V2 . M2
11 . M1 = 26 . 0,1
11 . M1 = 2,6
M1 = = 0,23 M
V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 8,8 . 0,1
11 . M1 = 0,88
M1 = = 0,08 M

V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 17,8 . 0,1
11 . M1 = 1,78
M1 = = 0,16 M


3. Percobaan 3
25 tetes Ca(OH)2 + NaOH 0,050 M
Diket : V1 = 11 mL
V2 = 19 mL, 21 mL dan 9,5 mL
M2 = 0,1 M (HCl)
Ditanya : M1 (larutan jenuh)?
Jawab :
V1 . M2 = V2 . M2
11 . M1 = 19 . 0,1
11 . M1 = 1,9
M1 = = 0,17 M
V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 9,5 . 0,1
11 . M1 = 0,95
M1 = = 0,08 M

V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 21 . 0,1
11 . M1 = 2,1
M1 = = 0,19 M


4. Percobaan 4
25 tetes Ca(OH)2 + NaOH 0,075 M
Diket : V1 = 11 mL
V2 = 14 mL, 24,5 mL dan 17,5 mL
M2 = 0,1 M (HCl)
Ditanya : M2 (larutan jenuh)?
V1 . M2 = V2 . M2
11 . M1 = 14 . 0,1
11 . M1 = 1,4
M1 = = 0,12 M
V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 17,5 . 0,1
11 . M1 = 1,75
M1 = = 0,15 M

V1 . M1 = V2 . M2
11 . M1 = 24,5 . 0,1
11 . M1 = 2,45
M1 = = 0,22 M


Tabel Hasil Perhitungan
No Percobaan Konsentrasi zat terlarut (M2)
1. 25 tetes Ca(OH) + aquades 0,13 M 0,12 M 0,19 M
2. 25 tetes Ca(OH) + NaOH 0,025 M 0,23 M 0,16 M 0,08 M
3. 25 tetes Ca(OH) + NaOH 0,050 M 0,17 M 0,19 M 0,08 M
4. 25 tetes Ca(OH) + NaOH 0,075 M 0,12 M 0,22 M 0,15 M
Rata-rata konsentrasi (M2) :
1. 0,14 M 2. 0,15 M 3. 0,14 M 4. 0,16 M
Pembahasan
Dalam percobaan kita kali ini yaitu menentukan kelarutan kalsium hidroksida di larutkan ke dalam air dan di dalam larutan NaOH, dimana pada larutan NaOH akan juga di tambah dengan indikator PP supaya larutan berubah warna menjadi pink, dan dinetralkan kembali dengan larutan HCl yang akan menjadikan larutan berubah warna lagi sampai bening kembali.
Kelarutan yaitu kemampuan melarutkan suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu dan tekanan tertentu dan harga konsentrasi maksimum yang dapat di capai oleh suatu zat dalam larutan yang dilambangkan dengan huruf “S”. Sedangkan hasil kali kelarutan yaitu hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan tepat jenuh dipangkatkan koefisien reaksi, yang bersimbol “Ksp”.
Pada percobaan yang pertama yaitu melarutkan 25 tete Ca(OH)2 dengan aquades 10 Ml, kemudian dititrasi (dinetralkan) dengan HCl 0,1 M sampai warna tepat hilang (bening). Dalam percobaan ini dibutuhkan rata-rata 6,5 mL HCl dan menghasilkan konsentrasi atau kelarutan rata-rata sebesar 0,14, karena larutan tersebut tidak terdapat adanya endapan / tidak terjadi endapan larutan tersembut tepat jenuh, sehingga hasil kali kelarutannya sama dengan hasil kelarutannya, “S = Ksp” atau [M+][A-] = Ksp”.
Sedangkan pada percobaan yang kedua, tiga dan empat yaitu melarutkan 25 tetes Ca(OH)2 dengan NaOH 0,025 M, 0,050 M dan 0,075 M dan ditambahkan dengan indikator PP, kemudian dititrasi dengan bening. Pada percobaan kedua, volume HCl rata-rata yang dibutuhkan yaitu 17,5 sedangkan kelarutan atau konsentrasi zat rata-rata 0,15. Pada percobaan yang ketiga volume HCl rata-rata yang dibutuhkan yaitu 16,5 mL dan kelarutan atau konsentrasi zat terlarut rata-rata 0,14. Dan pada percobaan terakhir volume HCl rata-rata yang dibutuhkan 18,7 mL, sedangkan konsentrasi atau kelarutan zat terlarut rata-rata 0,16.
Pada percobaan yang kedua, ketiga dan keempat lajrutan Ca(OH)2 dan NaOH tidak dapat larut, sehingga larutan lewat jenuh dan terdapat adanya endapan. Oleh karena itu hasil kali kelarutannya lebih kuat dari kelarutannya, atau kelarutan lebih dari hasil kali kelarutan. “S > Ksp” atau “[M+][A-] > Ksp”.
Jika larutan itu belum jenuh maka zat yang larut masih sedikit, sudah tentu hanya hasil kali kelarutan.
Pada percobaan ini, 1 kali percobaan diulang sebanyak 3 kali, sehingga dalam praktikum ini terjadi 12 kali percobaan dan disetiap percobaan mempunyai perbedaan. Volume HCl yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan jenuh berbeda-beda, sehingga kelarutan yang dicapai juga berbeda-beda pula. Perbedaan ini terjadi akibat pencucian alat-alat yang digunakan pada percobaan tidak bersih, sehingga masih terdapat zat / larutan yang tersisa yang akan mempengaruhi titrasi dan konsentfrasi atau kelarutan yang dicapai.

Kesimpulan
Kelarutan yang konsentrasi maksimum yang dapat di capai oleh suatu zat dalam larutan. Konsentrasi suatu zat adalah konsentrasi zat tersebut dalam larutan jenuh. Sedangkan hasil kali kelarutan yaitu hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan tepat jenuh dipangkatkan koefisien reaksinya. Jika larutan belum jenuh maka zat yang larut masih sedikit, harga kelarutan lebih kecil daripada harga hasil kali kelarutan dan tidak terjadi endapan jika larutan tepat jauh, maka harga kelarutan sama dengan harga hasil kali kelarutan dan tidak terjadi endapan. Sedangkan jikalau larutan lerwat jenuh maka kelarutan lebih besar daripada hasil kali kelarutan, sehingga terjadi adanya endapan.
Jika [M+][A-] < Ksp, larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+][A-] = Ksp, larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan)
Jika [M+][A-] > Ksp, larutan lewat jenuh (elektrolit mengendapan)

Daftar Pustaka
Kartimi, M.Pd. 2009. Panduan Praktikum Kimia Dasar 2. Cirebon: PUSLAB STAIN CIREBON
Jasjfi, E. 1996. Kimia Dasar Keenam. Jakarta: Erlangga
www.wikipedia.ac.id

Pembahasan
Banyak proses alam yang disebabkan oleh peristiwa pengendapan. Pengendapan terjadi bila suatu zat sukar larut dalam air atau larutan sudah lewat jenuh.
Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara ion-ion zat yang tidak larut. Zat padat yang sukar larut terus-menerus akan larut tetapi pada waktu yang bersamaan ion-ion pada larutan akan bereaksi kembali membentuk zat padat.
Konstanpa hasil kali berurutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya.
Ca(OH)2 merupakan larutan jenuh, ketika proses reaksi terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga terjadi reaksi kesetimbangan.
Reaksi kesetimbangan Ca(OH)2 dalam air, Ca(OH)2 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi Ca(OH)2 dianggap tetap. Ca(OH)2 lebih kecil kelarutannya dalam HCl, sebab di dalam larutan ada ion-ion yang berasal dari HCl.
Berdasarkan azas Le Chateher, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan. Dalam percobaan ini adanya ion H+ dari HCl akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah Ca(OH)2, maka kelarutan Ca(OH)2 berkurang.
Pada percobaan kali ini larutan mengandung dua senyawa, keduanya dapat dipisahkan dengan menambahkan pereaksi yang dapat mengedepankan salah satu senyawa Ca(OH)2 dan HCl dilakukan dengan menambahkan NaOH sehingga ion Ca+ akan mengendap dalam Ca(OH)2.
Setelah Ca(OH)2 mengendap baru di saring sehingga filtratnya hanya mengandung Ca(OH)2 saja.
Terjadi tidaknya endapan berdasarkan hasil kali ion-ion yang dihasilkan dengan Kspnya sebagai berikut :
[JC] < Ksp, tidak terjadi endapan (larutan belum jenuh)
[JC] = Ksp, tidak terjadi endapan (larutan tepat jenuh)
[JC] > Ksp, terjadi endapan (larutan lewat jenuh)

Kesimpulan
Pengendapan terjadi bila suatu zat sukar larut dalam air atau larutan sudah lewat jenuh.
Konstanpa hasil kali berurutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya.
Berdasarkan azas Le Chateher, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan.
Pengendapan salah satu senyawa akan terjadi, ketika pada saat senyawa tersebut dipisahkan ditambahkan dengan pereaksi yang dapat mengendapkan salah satu senyawa. Setelah mengendap baru di saring sehingga filtratnya hanya mengandung satu senyawa.

Daftar Pustaka
Kartimi, M.Pd. 2009. Panduan Praktikum Kimia Dasar 2. Cirebon: PUSLAB STAIN CIREBON
Jasjfi, E. 1996. Kimia Dasar Keenam. Jakarta: Erlangga
www.wikipedia.ac.id

Sabtu, 27 Juni 2009

Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.[1]

Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[1] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]

Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.[2]

Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.[1] Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[3]

Struktur dan anatomi virus

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[4]

Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[4] Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.[4]

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.

Virus cacar air memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.

Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.[4]

Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.

[sunting] Parasitisme virus

Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan diselubungi oleh endositosis atau, jika terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang dan melepaskan inti nukleoproteinnya ke dalam sel. Beberapa virus (misalnya virus polio), mempunyai tempat-tempat reseptor yang khas pada sel inangnya, yang memungkinkannya masuk. Setelah di dalam, biasanya genom tersebut mula-mula ditrskripsi oleh enzim inang tetapi kemudian biasanya enzim yang tersandi oleh virus akan mengambil alih. Sintesis sel inang biasanya berhenti, genom virus bereplikasi dan kapsomer disintesis sebelum menjadi virion dewasa. Virus biasanya mengkode suatu enzim yang diproduksi terakhir, merobek plasma membran inang (tahap lisis) dan melepaskan keturunan infektif; atau dapat pula genom virus terintegrasi ke dalam kromsom inang dan bereplikasi bersamanya (provirus). Banyak genom eukariota mempunyai komponen provirus. Kadang-kadang hal ini mengakibatkan transformasi neoplastik sel melalui sintesis protein biasanya hanya diproduksi selama penggandaan virus. Virus tumor DNA mencakup adenovirus dan papavavirus; virus tumor DNA terbungkus dan mencakup beberapa retrovirus (contohnya virus sarkoma rous).

Reproduksi virus

Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu litik dan lisogenik proses-proses pada siklus litik: pertama, virus akan mengadakan adsorpsi atau attachment yang ditandai dengan menempelnya virus pada dinding sel,kemudian pada virus tertentu (bakteriofag), melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan menggunakan enzim, setelah itu virus akan memulai mereplikasi materi genetik dan selubung protein, kemudian virus akan memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami lisis

Proses-proses pada siklus lisogenik: Reduksi dari siklus litik ke profag( dimana materi genetiak virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelan binner, dan profag keluar dari kromosom bakteri.

siklus litik: • Waktu relatif singkat • Menonaktifkan bakteri • Berproduksi dengan bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri

siklus lisogenik • Waktu relatif lama • Mengkombinasikan materi genetic bakteri dengn virus • Terikat pada kromosom bakteri

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, dapat berunting tunggal (umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau berunting ganda (misalnya revirus penyebab diare); demikian pula virus Dna (misalnya berunting tunggal oada fase φ × 174 dan parvorirus berunting ganda pada adenovirus, herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri atas tiga jenis utama: virus RNA berunting positif (+), yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai cetakan untuk intermediat RNA unting minus (-); virus RNA berunting negatif (-) yang tidak dapat secara langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi sebagai cetakan untuk sintesis mRNA melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang berunting + dan dapat bertindak sebagai mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi ke dalam kromosom inang ) melalui suatu transkriptase balik yang terkandung atau tersandi. Setiap virus imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok lentivirus dari kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS pada manusia, menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti pembentuk T-sel yang matang.

Contoh-contoh virus

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2. Virus Herpes Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi mARN.

3. Virus Infuenza Siklus replikasi virus influenza hampir same dengan siklus replikasi virus herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN.

4. Paramyxovirus Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan gondong.

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh). Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan. Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar viruz Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru). Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih. Tabel berikut ini memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan. Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.

Penyakit hewan akibat virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah virus rabies.

Penyakit tumbuhan akibat virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau. Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman padi. Penyebabnya adalah virus Tungro. Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).

Penyakit manusia akibat virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks). Kanker leher rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan agen-agen infektan. Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada manusia.

Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan suatu bangsa. Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa. Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah besar. Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.

Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus. Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola. Filovirus adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mi. Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan mahal. Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang, misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus. Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.

Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.